Senin, 22 Februari 2010

“Pandangan Karl Marx Tentang Stratifikasi Sosial dan Agama”

Oleh : Wenny liztia

Topik : Pandangan Karl Marx Tentang Stratifikasi Sosial dan Agama

I. A. Teori Stratifikasi Sosial menurut Karl Marx

B. Berdasarkan apa Marx membedakan manusia dan kelompok manusia dalam

stratifikasi sosial

C. Bagaimana hubungan kelas yang berbeda

II. A. Pandangan Marx tentang Agama

B. Kenapa Marx melihat Agama sebagai candu

I. A. Teori Stratifikasi Sosial Menurut Karl Marx

Stratifikasi Sosial secara umum memiliki arti perbedaan masyarakat atas lapisan-lapisan (kelas-kelas secara bertingkat), yang mana kelas tersebut dapat terbentuk karena tergantung sedikit banyaknya jumlah sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Misalnya, Jika masyarakat lebih menghargai materi, maka kelas yang paling tinggi adalah orang-orang yang dapat mengumpulkan materi sebanyak mungkin, sedangkan mereka yang sedikit atau tidak memiliki materi apa-apa berada pada kelas paling bawah.

Lapisan dalam masyarakat akan tetap ada sekalipun dalam masyarakat Kapitalis, Demokratis maupun Komunis, karena lapisan tersebut telah ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama dalam organisasi sosial

Sedangkan teori Stratifikasi Sosial menurut Karl Marx adalah pandangannya tentang teori kelas. Teori kelas adalah sejarah dari segala bentuk masyarakat atau sejarah peradaban umat manusia dari dulu hingga sekarang yang disebut dengan sejarah petikaian antar golongan / konflik antar kelas.

Pandangannya tentang Stratifikasi sosial yaitu kelas-kelas memiliki karakteristik dimana adanya solidaritas yang spontan sampai tingkat tertentu terhadap kelas-kelas lain. Didalam kelas harus terdapat benih-benih kesadaran kelas yaitu suatu benih kepentingan bersama. Kelas yang ada itu sendiri disebut dengan class in itself, apabila kelas itu sadar akan tempatnya di dalam proses produksi, maka timbulah kelas bagi dirinya sendiri yang disebut dengan class for itself. Kelas-kelas ini tergantung satu sama lainnya. Yang satu tidak dapat ada tanpa yang lain akan tetapi kelas-kelas ini tidaklah sederajat.

Kaum punya (kelas borjuis) memiliki kekuasaan Negara dan merupakan produsen gagasan yang berlaku. Maka perjuangan kelas tertindas mesti tertuju kepada kekuasaan Negara dan pendapat-pendapat yang berlaku. Perkembangan class in itself menjadi class for itself merupakan suatu proses pertumbuhan kesadaran politik diamana konflik kelas memainkan peranan kunci.

Kelas buruh mengalami penindasan dan penghisapan dalam segala hal, kaum buruh dikumpulkan dalam pabrik-pabrik dan diorganisir seperti tentara. Jumlahnya bertambah banyak karena kelas-kelas pengusaha indusri kecil, kaum pedagang kecil , tukang rente, kaum pengrajin dan petani menjadi proletar. Akan tetapi karena perjuang kels buruh untuk keluar dari kondisi yang buruk seperti ini sangat besar maka mereka membentuk kesatuan nasional dan bebas dari kelas-kelas borjuis.

Dalam konteks masyarakat kapitalis , Marx membedakan kelas (stratifikasi sosia) atas 2 :

1. Kelas Borjuis

Yaitu kelas pemilik modal dan yang menguasai alat-alat produksi

2. Kelas Proletar

Yaitu kelas pekerja yang hidupnya sangat tergantung pada kaum pemilik modal yang mempekerjakan serta yang menguasai mereka

B. Berdasarkan apa Marx membedakan manusia dan kelompok manusia dalam Stratifikasi

Sosial

Marx membedakan manusia atas kelas-kelas (stratifikasi sosial) yaitu atas dasar posisi masing-masing kelas terhadap sarana-sarana produksi yang dimilikinya dan dilihat dari usaha yang berbeda dalam mendapatkan sumber – sumber daya yang langka.

Jika suatu kelompok manusia mampu menguasai sumber – sumber produksi dan alat produksi yang cukup banyak maka kelompok ini dapat disebut kelas pemilik modal. Sedangkan jika ia memiliki tanah yang cukup luas dan mempekerjakan banyak orang untuk menggarap dan mengolah tanah tersebut maka orang ini disebut sebagai kelas pemilik tanah dan jika sekumpulan orang yang hidup hanya dengan mengandalkan tenaga kerjanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bekerja sepanjang hari pada kelas pemilik modal dan pemilik tanah maka inilah kelas yang paling rendah disebut dengan kelas pekerja (buruh).

Sistem Stratifikasi tergantung pada hubungan kelompok-kelompok manusia terhadap sarana-sarana produksi. Diantaranya ada yang disebut dengan Kelas modern, Yaitu mereka yang disebut pemilik tenaga kerja pemilik modal dan tuan-tuan tanah yang sumber keuangannya tergantung pada penerimaan upah, laba dan sewa tanah, dan berikutnya ada kelas rendah yang terdiri dari para pekerja atau kaum buruh dalam perusahaan milik kelas modern.

Pembgian kerja dengan tugas tertentu dalam proses produksi mengakibatkan pembagian produk yang tidak sama maka timbulah yang namanya hak milik. Hak milik disini bukanlah hak milik pribadi berupa barang-barang konsumsi, melainkan milik pribadi berupa sarana-sarana produksi seperti alat, uang (modal). Dengan modal inilah orang dapat menyuruh orang lain bekerja untuk dirinya dan pemilik modal dapat menguasai tenaga kerja orang-orang lain.

c. Bagaimana Hubungan Kelas yang Berbeda

Hubungan antar kelas terjadi sangat tidak seimbang dan timpang. Hal ini disebabkan karena yang hanya diuntungkan atas terjadinya hubungan antara kedua kelas ini yaitu kaum pemilik modal dan pemilik tanah (lahan) sedangkan kelas pekerja hanya dibutuhkan untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi kelas pemilik modal tersebut. Pekerja hanya dipakai sebagai objek yang untuk diperas tenaganya dan di manfaatkan keberadaanya untuk memenuhi keinginan dari pemilik modal. Sedangkan untuk kebutuhan hidup dan upah yang diberikan sangat rendah sementara kelas ini bekerja seharian tanpa diberi jaminan kesejahteraan, jaminan kesehatan, jaminan hari tua dan jasa atas produksinya. Hal ini dapat dijadikan oleh pemilik modal sebagai ajang untuk memperdaya dan akhirnya membuat kelas buruh menjadi tertindas dan teralienasi.

Hubungan antar kelas tidaklah untuk saling melengkapi satu sama lain dan tidak dalam bentuk hubungan yang harmonis melainkan hubungan dengan sesutau ketidaksesuaian dalam ketidak samaan sosial sehingga terbentuklah hubungan eksploitasi yang dilakukan oleh pemilik modal terhadap kelas pekerja (buruh)

Hubungan produksi tidak hanya berarti teknologi tetapi juga hubungan sosial yang dimasuki manusia apabia ia turut serta dalam kehidupan ekonomi, pabrik-pabrik modern dengan menggunakan mesin adalah suatu hubungn produksi sosial, orang memasuki hubungan sosial.

Dengan adanya pembagian kelas maka munculah hubungan produksi yang timpang , dimana kelas borjuis menikmati surplus produksi lebih besar dibanding kelas proletar. Kelas borjuis dapat hidup lebih lama tanpa kelas proletar sebaliknya kelas proletar tidak dapa hidup tanpa kelas borjuis

Tiap kelas dalam masyarakat memiliki ciri khas tertentu yang dapat menimbulkan konflik antar kelas karena masyarakat secara sistematis menghasilkan perbedaan pendapat antara orang-orang atau golongan yang berbeda tempat / posisi dalam suatu struktur sosial dan dalam hubungannya dengan sarana-sarana produksi. Posisi dalam masyarakat seperti ini akan selalu mendorong mereka untuk melakukan tindakan yang bertujuan utnuk memperbaiki nasib mereka.

II. A. Pandangan Marx Tentang Agama

Pandangan Karl Marx tentang agama dipengaruhi oleh pemikiran Feurbach yang mana ia berpendapat bahwa manusia dalam hakekatnya ditentukan oleh material, bahkan tuhanpun adalah ide manusia yang diberinya semboyang dengan “Homo Homini Deus” (manusia itu allah untuk sesama manusia). Feurbach lebih mementingkan otoritas manusia sehingga ia tidak mengajak manusia untuk membayangkan tuhan karena keberadaan tuhan telah megasingkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu agar manusia menjadi dirinya sendiri maka kata-kata Tuhan diganti dengan Hakekat manusia. Agama harus diganti dengan politik . Ia masih menghargai agama akan tetapi pengelolaan agama ditempatkan sebagai sumber ajaran tentang manusia.

Marx mengambil dan melengkapi pemikiran Feurbach. Menurut Marx, manusia melarikan diri dalam mimpi agama yang disebabkan karena dorongan penderitaan, tekanan dari struktur sosial ekonomi yang menguras dan mengeksploitasi dirinya. Mimpi agama itu muncul ketika manusia membutuhkan obat bius , candu dan manusia menemukannya dalam agama

Apa yang diperoleh dalam agama menurut Marx bukanlah terapi, tetapi terapi yang sebenarnya ada dalam kesadaran kelas masing-masing individu, dan dengan kesadarannya itu lalu manusia terdorong untuk mengatasi alienasi sosial ekonomi dan juga alienasi religius.

B. Kenapa Marx Melihat Agama Sebagai Candu

Marx melihat agama sebagai candu karena dengan agama setiap manusia menjadi ketergantungan untuk mengingat dan menyembah tuhannya yang disebabkan karena setiap manusia ada permasalahan, kekcauan,ketidakberdayaan dan keadaan yang tertindas maka manusia tersebut akan lari kepada tuhannya.

Marx menganggap agama hanya sebagai pelarian belaka bagi umatnya khususnya bagi kaum buruh (kelas proletar) dari penderitaan,tekanan keadaan ekonomi yang menguras dan mengeksploitasi mereka sehingga melalui agamalah manusia akan menenangkan dan mencari kedamaian untuk mengatasi permasalahan hidupnya. Sehinga setiap manusia mendapatkan permasalahan dan hambatan dalam hidup maka sasaran utamanya adalah kembali kepada tuhan dan agama dengan kepercayaannya masing.

Yang dinginkan Marx adalah manusia tidak memikirkan agama sebagai suatu mimpi tetapi lebih mementingkan keadaan materil sehinga manusia (khususnya kelas buruh) dapat keluar dari kehdupannya yang tidak layak, tidak manusiawi, teralienasi dan tidak ada lagi stratifikasi sosial didalam masyarakat yang disebut dengan Negara tanpa kelas dengan system sosialis dari yang dicita-citakannya selama ini.

1 komentar: