Senin, 22 Februari 2010

“ Kapitalisme & Protestantisme ”

Oleh : Wenny liztia

Topik : Kapitalisme & Protestantisme

A. Bagaimana hubungan antara semangat kapitalisme dan etika protestantisme bagi perkembangan kapitalisme

B. Apakah ada semacam etika protestan dalam agama Islam

A. Bagaimana hubungan antara semangat kapitalisme dan Etika Protestantisme bagi perkembangan Kapitalisme

Hubungan antara etika protestantisme dan pertumbuhan sistem ekonomi kapitalis merupakan sumbangan Weber yang paling terkenal. Etika protestan mencerminkan dan memperbesar kecenderungan bertambahnya rasionalitas, dan melihatkan peran yang penting dimana ide-ide agama berperan dalam meningkatkan perubahan sosial. Weber menekankan bahwa orang mempunyai kepentingan ideal dan juga materil. Kepentingan ideal dapat mempengaruhi motivasi manusia secara independen, walaupun kadang-kadang bertentangan dengan kepentingan materilnya. Ia merasa perlu mengakui pengaruh timbal balik antara kepentingan ideal dan kepentingan materil dan menentukan secara empiris dalam kasus individu, apakah kepentingan materil atau ideal itu yang dominan.

Dalam bukunya “The Protestant ethic and the spirit of capitalism” menjelaskan bahwa : aspek-aspek tertentu dalam etika protestan merupakan perangsang yang kuat dalam meningkatkan pertumbuhan syistem ekonomi kapitalis dalam tahap-tahap pembentukannya. Pengaruhnya ini yang disebut dengan “Elective Affinity” yaitu konsistensi logis dan pengaruh motivasional yang mendukung secara timbal balik antara tuntutan etis tertentu yang berasal dari kepercayaan protestan dan pola-pola motivasi ekonomi yang perlu untuk pertumbuhan sistem kapitalisme.

Weber tidak mengatakan bahwa kapitalisme disebabkan oleh protestantisme ataupun adanya hubungan sebab akibat, hanya saja konsep ini berhubungan dengan kesesuaian logis dan konsistensi psikologis dimana keduanya saling mendukung. Dengan adanya elective affinity antara etika protestan dan semangat kapitalisme berarti bahwa jenis motivasi yang timbul karena menerima kepercayaan itu dan tuntutan etis protestantisme membantu merangsang jenis perilaku yang dibutuhkan atas lahirnya kapitalisme borjuis modern. Protestantisme maupun kapitalisme merupakan suatu pandangan yang rasional dan sistematis.

Etika Protestan memberi tekanan pada usaha menghindari kemalasan atau kenikmatan semaunya dan menekankan kerajinan dalam melaksanakan tugas dalam semua segi kehidupan, khususnya dalam pekerjaan dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Sedangkan Kapitalisme modern menuntut untuk membatasi kosumsi supaya uang yang ada itu di investasi kembali dan untuk pertumbuhan modal, menuntut kesediaan untuk tunduk pada disiplin perencanaan yang sistematis untuk tujuan-tujuan dimasa mendatang, bekerja secara teratur dalam suatu pekerjaaan, dan sebagainya. Maka dapat disimpulkan bahwa etika protestan merangsang atau mendorong kapitalisme namun bukanlah ini merupakan satu-satunya faktor, walaupun ia memang mementingkan faktor tersebut namun faktor lain juga sangat penting termasuk didalamnya kondisi-kondisi materil dan kepentingan-kepentingan ekonomi.

Meskipun Weber menekankan pengaruh protestantisme pada perkembangan kapitalisme, kiranya ia tidak menyangka bahwa protestantisme juga dipengaruhi oleh pertumbuhan kapitalisme. Keseluruhan pendekatannya menekankan bahwa kepentingan ideal dan materil mengatur tindakan orang lain, dan bahwa hubungan antara ideal agama dan kepentingan ekonomi sebenarnya bersifat timbal balik, termasuk saling ketergantungan antara protestantisme dan kapitalisme.

Pengaruh protestantisme pada kapiptalisme tidaklah untuk selamanya, pandangan bahwa protestantisme membantu merangsang munculnya kapitalisme pada tahap-tahap awalnya tidaklah berarti bahwa kapitalisme itu seterusnya membutuhkan legitimasi agama, sesudah kapitalisme itu berdiri, ia akan menjadi otonom dan berdikari tanpa membutuhkan dukungan dari agama lagi. Oleh karena itu, perkembangan kapitalisme saat ini benar-benar murni karena faktor materialistik bukan karena pengaruh agama apapun sehingga agama protestan dan katolik sekarang tidak lagi memperlihatkan perbedaan yang berarti dalam aspirasi dan prestasinya. Jadi hubungan protestantisme dengan kapitalisme dapat dilihat sebagai sesuatu yang bersifat “dialektik” yang mana protestantisme membantu pertumbuhan kapitalisme pada awalnya, tetapi akhirnya dirusak/ diganggu oleh pengaruh kapitalisme yang benar-benar sekuler.

Kapitalisme modern adalah hasil akhir dari proses rasionalisasi, yang berakar dalam pengaruh historis dari tradisi intelektual spesifik. Dalam pandangan Weber peranan pemimpin agama dalam mempromosikan berbagai macam ide dan orientasi pada berbagai masyarakat sangatlah penting. Misalnya, pendeta Buddha menarik diri dari semua kegiatan keduniaan untuk mencapai tingkat spiritual tertinggi, sedangkan Konfusius mandarin menggunakan basis pengetahuan yang sangat tradisional dan teks non ilmiah. Hanya di Barat muncul orientasi kultural yang mengedepankan rasionalisasi, sehingga pada masyarakat non barat perkembangan ilmiah, kesenian, poltik maupun ekonomi tidak mengikuti jalur rasionalisasi yang unik di Barat.

Keterkaitan antara protestantisme dengan kapitalisme yaitu agar kapitalisme bekerja, modal harus di akumulasi, tidak untuk dikonsumsi melainkan harus diinfestasikan kembali untuk mengembangkan teknik-teknik produksi yang lebih efisien demi memperoleh keuntungan yang lebih besar.

B. Apakah ada semacam Etika Protestan dalam agama Islam

Menurut saya, ajaran yang termuat dalam etika protestan yang mengajaran kebaikan dalam diri umatnya juga terdapat dalam agama Islam. Islam juga tidak berbeda ajarannya dengan protestan, Islam juga mengajarkan keseimbangan duniawi, disiplin, hidup tidak boros, mubazir dan selalu berusaha keras untuk mendapatkan perubahan nasib di dunia sehingga tercapainya kesejahteraan, akan tetapi pandangan materialistik yang kuat dan berlebihan pada etika protestan memang tidak ada di ajaran agama Islam. Islam tidak pernah mengenal istilah”memperanakan uang” atau sejenisnya yang mana modal hanya dapat di investasikan bagi pengusaha-pengusaha besar saja sehingga dapat menimbulkan keuntungan sepihak karena munculnya usaha-usaha raksasa bagi pemilik modal yang kuat saja, sedangkan bagi pengusaha kecil itu dianggap tidak begitu penting.

Etika protestan memperlihatkan suatu orientasi agama yang bersifat asketik dalam dunia (inner worldly) yang jauh lebih lengkap dari pada agama besar apapun. Asketisme dalam dunia (inner worldly asceticism) menunjuk pada komitmen untuk menolak kesempatan ( sangat membatasi diri ) untuk menuruti keinginan fisik atau inderawi, atau kenikmatan yang bersifat spiritual, tujuan spiritual itu harus dicapai melalui sutu komitmen yang sistematis dan rajin dalam melaksanakan tugas didunia ini.

Etika protestan menekankan suatu gaya hidup dimana kenikmatan iderawi dan materil dikontrol dengan teliti dan sistematis, dipandang dari segi apaun orientasi mereka yang bersifat inner worldly itu tidak ada hubungannya dengan hedonisme ( yang suka akan kesenangan saja), sebaliknya agama protestan disaat-sat awalnya sangat sadar bahwa menuruti keinginan hawa nafsu badaniah dapat mengalihkan perhatian orang dari kehidupan spritualnya, dan merupakan ancaman terus menerus bagi jiwa.

Gambaran dari umat protestan ini adalah orang yang sangat setia pada tugas pekerjaannya yang diliht sebagai tugas agama, dan demikian pula mereka yang secara sistematis mendisiplikan kehidupannya untuk mengontrol keinginan fisik dan nafsunya.

Intinya, jenis pola motifasi yang dibutuhkan untuk membangun kapitalisme dari ajaran etika protestan yaitu kesetiaaan pada tugas-tugas pekerjaan, membatasi konsumsi, dorongan prstasi yang kuat, dan gaya hidup yang sangat rasional dan sistematis merupakan elemen-elemen yang terdapat baik dalam protestantisme maupun dalam kapitalisme.

Etika protestan juga mengajarkan bahwa ide-ide masa lalu yang mengatakan bahwa uang tidak dapat menghasilkan uang ditampiknya dengan keras, malahan usaha-usaha ekonomi dapat berkembang dan meluas jika adanya usaha memperanakkan uang, yaitu kalau bunga dikenakan pada pinjaman orang miskin untuk mempertahankan hidupnya dapat dilihat sebagai bentuk eksploitasi, akan tetapi jika bunga atas pinjaman yang dikenakan pada pedagang usaha untuk memperanakkan uang itu maka dapat diterima sehingga akibatnya adalah terbukanya kemungkinan baru untuk akumulasi modal dan membiayai usaha-usaha raksasa melalui kredit, semuanya dilihat dalam kerangka etika protestan.

2 komentar: