Senin, 22 Februari 2010

“Bunuh Diri”

Oleh : Wenny liztia

Topik : Bunuh Diri Menurut Emile Durkheim

A. Pernakah mendengar, membaca atau melihat peristiwa Bunuh Diri ? Apa kira-kira yang menjadi penyebabnya?

B. (1) Tipe Bunuh Diri menurut Emile Durkheim.

(2) Bagaimana dengan peristiwa bunuh diri di Indonesia, apakah semua tipe bunuh diri dari Durkheim terdapat dalam semua peristiwa yang ada. Jika tidak, tipe bunuh diri apa yang tidak ditemukan di Indonesia? Kenapa demikian?

A. Pernakah mendengar, membaca atau melihat peristiwa Bunuh Diri ? Apa kira-kira yang menjadi penyebabnya?

Bunuh diri memang peristiwa yang walaupun tidak sering saya dengar akan tetapi tetap ada pada satu waktu tanpa disangka dan diduga kedatangannya. Saya pernah melihat peristiwa ini di televis, korban bunuh diri yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Dari yang saya lihat menghabisi diri sendiri banyak disebabkan karena faktor ‘kekecewaan’ yang mendalam dari diri seseorang akibat kelalaian atau kenyataan yang tak dapat diterima oleh dirinya sendiri. Banyak diantara mereka yang kecewa karena ditinggal orang yang dicintai dan juga tidak sedikit penyebabnya karena ia tidak mampu menahan penderitaan hidup karena faktor ekonomi.

Bunuh Diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan dan merupakan keadaan darurat psikiatri karena individu berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Bunuh diri merupakan tindakan merusak integrasi diri atau mengakhiri kehidupan, di mana keadaan ini didahului oleh respon maladaptif dan kemungkinan keputusan terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Dalam buku berjudul “Bunuh Diri” yang diterbitkan tahun 1897, sosiolog Perancis Emile Durkheim menjelaskan secara sosiologis tentang fenomena bunuh diri. Menurutnya, fenomena bunuh diri yang secara tradisonal di kalangan masyarakat dianggap hanya sebagai masalah pribadi, harus dipandang dan dianalisis dalam keseluruhan struktur sosial. Bunuh diri banyak disebabkan karena perasaan cemas, depresi, atau psikotik.

Saat ini, bunuh diri dianggap sebagai fenomena penyakit sosial yang harus dicegah oleh negara dan masyarakat. Di Korea, jumlah pelaku bunuh diri terus meningkat yakni pada tahun 2007 jumlah kasus kematian akibat bunuh diri menempati ranking ke-4 setelah kanker, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit jantung.

Tahun

2003

2004

2005

2006

2007

Jumlah bunuh diri

10.869

11.894

13.268

12.736

13.036

B. (1) Tipe Bunuh Diri Menurut Emile Durkheim

Ada 3 tipe Bunuh diri yang dikemukakan Durkheim, yaitu :

1. Bunuh diri Egoistis

Egois adalah skap seseorang yang tidak berintegrasi dengan grupnya, yaitu keluarga, rekan, kumpulan agama dan sebagainya dan hidupnya tidak terbuka dengan orang lain. Ia hanya memikirkan dan mengusahakan kebutuhannya sendiri, tidak memperhatikan kebutuhan orang lain atau masyarakat. Biasanya manusia seperti ini tidak memiliki tujuan hidup dalam hidup selain kepentingannya sendiri. Jika orang ini mengalami krisis ia tidak akan menerima bantuan moral dari grupnya, sebab ia merasa sendirian, tanpa relasi, berada diuar grupnya. Keadaan tersudut ini yang disebabkan oleh egoisme yang berlebihan, dapat mengakibatan yang bersangkutan bunuh diri.

Jika dibandingkan waktu revolusi atau perang, angka kasus bunuh diri menurun. Hal ini disebabkan Karena waktu itu solidaritas kekompakan grup dan integrasi anggotanya bertambah besar.

Bunuh diri egoistis adalah tindakan yang dilakukan terutama disebabkan oleh egoisme yang tinggi pada orang yang bersangkutan. Egoisme adalah sikap individu yang tidak berintegrasi dengan grupnya, kelompoknya, kumpulannya, kumpulan agama dan sebagainya. Kalaupun ia berada dalam sebuah grup ia tidak total berada di dalamnya. Hidupnya tertutup untuk orang lain. Ia mengalienasi diri. Ia terutama memikirkan dan mengusahakan kebutuhannya sendiri. Tujuan hidupnya demi kepentingan dirinya sendiri.

Orang yang egoismenya tinggi ketika mengalami krisis tidak bisa menerima bantuan moral dari grupnya. Ia sendirian, tanpa relasi dan berada di luar grupnya. Kesendirian dan kesepiannya tak teratasi. Dunia menjadi gelap. Ia dengan mudah terjerumus oleh sikapnya yang sudah egois untuk mengakhiri hidupnya. Orang yang egois cenderung untuk melihat segala sesuatu dari ukurannya sendiri.

2. Bunuh diri Altruistis

Bunuh Diri altruistis adalah tindakan bunuh diri dengan penyebabnya kebalikan dari penyebab bunuh diri egoistis. Pada kasus ini, orang yang bersangkutan menyatukan diri dengan nilai-nilai grupnya dan begitu berintegrasi sehingga diluar itu ia tidak memiliki identitas. Pengintegrasian yang menyangkut seluruh hidup sesorang, memandang hidup diluar grup atau dalam pertentangan dengan grup sebagai tidak berharga. Maka kalau etikanya grup menuntut agar ia merelakan nyawanya demi suatu keyakinan atau kepentingan bersama, ia akan cenderung menyesuaikan diri dengan tuntutan itu. Contoh: kebiasaan kuno salah satu suku di India, dimana janda membiarkan dirinya dibakar bersama dengan jenazah suaminya. Hal ini dilaporkan bahwa mereka malah menentang pihak yang mau mencegah terjadinya hal itu. Ini merupakan salah satu contoh identifikasi diri secara menyeluruh dengan nilai-nilai kepercayaan dan kode kehormatan yang berlaku didalam grup.

Orang yang lebih suka mati syahid daripada menyangkal agamanya adalah contoh yang sama. Dikalangan tentara juga para perwira dan prajurit dibina supaya berani mati gugur demi keselamatan nusa dan bangsa.

Dari beberapa contoh diatas Emile Durkheim sengaja menyebutnya sebagai peristiwa bunuh diri, sebab kematian orangnya diakibatkan oleh sikap mental dan moral orang yang bersangkutan itu sendiri. Seandainya ia bermaksud menyelamatkan nyawanya ia hanya perlu melepaskan prinsipnya dan ikatan kesetiaannya pada grup.

Menurut Emile Durkheim, semakin besar pengintegrasian seseorang dengan grupnya, makin besar pula kecenderungannya kearah bunuh diri dan makin tinggi persentase kasus bunuh diri. Kalau seorang anggota yang berintegrasi kuat dengan grupnya, mengalami suatu hal yang membuat hidupnya dengan hormat tidak mungkin lagi didalam grup, ia akan lebih cenderung untuk mengakhirinya. Grup semacam ini adalah tentara.

Dalam grup ini, orang belajar untuk mengemudiankan kepentingan pribadi demi keselamatn keseluruhan. Setelah dilihat data statistiknya ternyata kalangan angkatan bersenjata lebih tinggi laju bunuh dirinya dibandingkan dari kalangann sipil, hal ini disebabkan karena orang militer hidupnya lebih berat dan lebih susah, hal inilah yang dibayangkan banyak orang sebagai faktor psikologis. Akan tetapi melihat kenyataan ini, Emile Durkheim berpandangan yang berbeda dengan kebanyakan orang yang memandang dari segi psikologi, akan tetapi asusmsinya mengatakan bahwa jusru lebih banyak perwira yang yang hidupnya lebih enak. Jadi menurut Durkheim fakor hidup susah tidak dapa dipakai tetapi lebih pada faktor sosial yang kemudian dikemukakannya bahwa perwira-perwira lebih berintegrasi dengan kesatuan militer mereka. Dengan data statistik yang ada Durkheim mengatakan bahwa semakin lama seseorang menjadi anggota militer makin besar kemungkinan akan bunuh diri.

Kasus bunuh diri ini bisa dijumpai pada peristiwa bunuh diri massal sebuah aliran kepercayaan misalnya di Guyana pada tahun 1990-an. Pengorbanan diri (self-sacrifice) sebagai bentuk peran serta sosial dan untuk mendapatkan penghargaan dari masyarakat, dan contoh lainnya yaitu kamikaze atau seppuku di Jepang. Tipe ini disebut juga “Formalized suicide

3. Bunuh Diri Anomis

Anomi adalah kekaburan norma dan tanpa moral. Anomi merupakn keadaan moral dimana orang yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan, dan norma dalam hidupnya. Nilai-nilai yang semula memberi motivasi dan arah kepada pelakunya tidak berpengaruh lagi. Berbagai kejadian dapat menyebabkan keadaan itu. Musibah yang menimpa orang hingga semuanya yang pernah menyemangati dan menertibkan sudah musnah dan mengakibatkan suatu perubahan yang radikal. Misalnya, orang yang seluruh tenaga hidupnya dikerahkan untuk kesejahteraan keluarganya atau keberhasilan dalam karier atau pengumpulan harta lalu menderita musibah, hal ini tidak hanya akan mengalami krisis emosional berupa tekanan batin (gejala psikis) tetapi juga akan mengalami krisis nilai. Tidak hanya musibah saja yang dapat menyebabkan anomi, tetapi keuntungan besar atau tercapainya cita-cita dapat membawa efek yang sama. Satu kali orang-orang memperoleh hal yang didambakannya seperti gelar dan jabatan lalu ia menjadi lain dari dahulu. Orang yang dikenal karena hidup sederhana dan hemat serta bekerja keras dan berdisiplin penuh inisiatif dan kreativitas dengan tiba-tiba goyah apabila ia menjadi kaya atau mencapai apa yan diharapkannya. Nilai-nilai dan tujuan yang lama nampaknya tidak relevan lagi dan tidak memaksa lagi.

Anomi ini juga dapat terlihat pada orang yang dibebastugaskan. Mereka gelisah keculai kalau mereka mempunyai sumber nilai-nilai yang mampu memberi arti dan arah kepada hidupnya.

Keadaan anomi dapat melanda seluruh masyarakat yang disebabkan karena perubahan sosial yang sangat cepat. Dari persentase data statistik kejadian bunuh diri lebih tinggi diantara orang yang kehilangan teman hidup atau anak mereka. Memang perkawinan dan keluarga harus dilihat sebagai sarana penertib yang ampuh yang membantu orang yang bersangkutan untuk bekerja dengan tertib dan tekun, hidup teratur dan menentang egoisme.

Orang merasa dirinya diikat oleh norma-norma dan tujuan-tujuan tertentu dan ikatan itu membantu dia untuk mengatasi kelemahan moral pribadi. Sifat memaksa yang menandai tiap-tiap lembaga kemasyarakatan amat menonjol pada perkawinan dan keluarga. Maka apabila perkawinan itu diakhiri dengan tiba-tiba maka munculah ‘vakum sosial’, dimana orang merasa dirinya tidak berdaya lagi. Bisa dikatakan bahwa masyarakat mungkir atau mengundurkan diri darinya.

Kekosongan ini dapat mengakibatkan kebingungan, ketidakterarahan, demoralisasi dan juga bunuh diri. Disini tampak keunggulan agama yang memberi individu nilai-nilai dan norma-norma yang tidak semata-mata tergantung dari suatu kehidupan berjasad didunia ini atau bersifat sementra.

Agama mengajarkan orang untuk menghayati hidup mereka dalam cakrawala yang lebih luas, sekalipun orang mengalami perubahan situasi atau iklim budaya, ia akan tetap membina semangat dan motivasi dari keyakinan-keyakinan dan norma-norma religius yang sama. Inilah keuntungan agama yang tidak megidentifisir diri dengan salah satu bentuk kebudayaan partikuler, tetapi bercorak universal dan nontemporer. Sampi saat ini rasanya ilmu belum bisa menggantikan sebuah agama.

Durkheim melakukan penyelidikan atas akibat dari status perkawinan. Ia menemukan bahwa selisih laju membunuh diri antara orang kawin dengan orang tidak kawin berlainan dinegara-negara. Ada Negara dimana perbedaan itu besar dan ada dinegara lain dimana perbedaan itu amat kecil. Kenapa adanya perbedaan seperti ini, ternyata ia menemukan bahwa hal itu ada hubungannya dengan undang-undang perkawinan yang berlaku dinegara itu .

Dimasyarakat-masyarakat dimana orang dapat bercerai agak mudah status kawin tidak terlalu mengekang dan orangya tidak mendapat pertolongan dari status mereka. Disinilah perkawinan tidak merupakan faktor yang berarti, yang memainkan peranan dalam mengatasi kesulitan. Dimana perceraian sukar atau tidak diizinkan sama sekali , perkawinan rupanya memberi perlindungan yang amat besar terhadap bahaya bunuh diri.

Durkheim menarik kesimpulan bahwa kemungkinan bercerai merusak sifat regulatif perkawinan, kalau orang dapat memperoleh akte cerai dengan mudah, orang yang mengalami kesulitan keluarga, selalu memperhitungkan kemungkinan untuk mengakhiri perkawinan mereka, dan mencari pemecahan diluar. Tetapi kalau perceraian tidak mungkin, mereka akan dikekang dan dipaksa oleh peraturan yang berlaku . Mereka menerima saja pembatasan-pembatasan berkenaan dengan perkawinan dan berusaha untuk menyelesaikan kesulitan intern mereka, atau mereka tidak mampu dan mengambil tindakan nekad walaupun persentase orang seperti ini sangat kecil.

Dalam studi suicide keintegrasian orang dalam masyarakat atau kelompok itulah fakta sosial yang menerangkan fakta sosial lain yaitu bunuh diri. Keintegrasian itu dipandang seperti suatu benda atau faktor. Begitu juga halnya dengan disintegrasi. Disintegrasi dipandang Durkehim sebagai keadaan dimana orang tidak ikut serta dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai masyarakat atau kelompok sehingga ikatannya melemah.

(2) Bagaimana dengan peristiwa Bunuh Diri di Indonesia, apakah semua tipe bunuh diri dari Durkheim terdapat dalam semua peristiwa yang ada. Jika tidak, tipe bunuh diri apa yang Tidak ditemukan di Indonesia. Kenapa demikian.

Bunuh diri yang terjadi di Indonesia lebih banyak dikarenakan faktor ekonomi, Ketidakmampuan atau kemiskinan. Ketidakberdayaan ekonomi ini membuat orang putus asa dan tidak sedikit diantaranya yang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidup mereka agar dapat keluar dari penderitaan yang melandanya.

Hampir tipe bunuh diri yang dikemukakan oleh Durkheim dialami juga di Indonesia. yang akhir-akhir ini menjadi isu hangat tipe bunuh diri altruistic banyak dipakai oleh kalangan orang yang menganggap dirinya sebagai kalangan militant islam atas nama jihad.

Adapun tipe bunuh diri yang tidak ditemukan di Indonesia adalah tipe

a. Meniru tokoh terkenal dalam melakukan tindakan yang sama

b. Agar terkenal di Website.

Bunuh diri seperti ini banyak terjadi di Negara barat karena alasan ingin dikenang di halaman website suatu jaring social. Di suatu kota di welsh town, wales, terjadi Fenomena yang membingungkan aparat kepolisian, yaitu adanya serangkaian kasus bunuh diri oleh 6 remaja. Polisi menduga ini ada kaitan dengan kebiasaan sang korban bunuh diri dengan sebuah online social networking Beebo. Bridgend MP Madeleine Moon mengatakan bahwa bunuh diri diduga oleh motivasi remaja tersebut dalam mendapatkan perhatian besar di kalangan teman-teman sebayanya agar namanya masuk dalam halaman memorial pages. Halaman online memorial pages diakses oleh jutaan remaja diseluruh dunia. Kasus terakhir adalah meninggalnya Natasha Randall 17 tahun. Dia diketemukan tewas gantung diri dikamarnya minggu lalu. Dalam kurun waktu 24 jam, 2 teman dekatnya diketahui juga berusaha bunuh diri, akan tetapi berhasil diselamatkan oleh keluarganya. Kepolisian wales mengadakan penyelidikan pada komputer Natasha, dan diketahui bahwa natasha pernah mengirimkan pesan ke Liam Clark 20 tahun (Liam Clark adalah orang kelima di welsh town yang melakukan bunuh diri).

2 komentar: