Sejarah Ekonomi Dualistik di Indonesia
Penjajahan yang terjadi di Indonesia merupakan awal dari sejarah terbentuknya ekonomi dualistik di Indonesia. Penjajahan yang membawa pola dan sistem perekonomian kapitalis membawa pengaruh yang nyata dengan berkembangnya perekonomian akan tetapi ini hanya terpusat pada daerah-daerah yang mereka jajahi sehingga munculah ketidak merataan dibeberapa daerah. Apabila tidak terjadi kedatangan orang-orang barat ke Indonesia mungkin sistem pra-kapitalisme Indonesia dan dunia timur lainnya suatu waktu akan berkembang menuju sistem kapitalisme secara bersamaan dan merata.
Pelaksanaan Ekonomi Dualistik di Indonesia
Ciri perekonomian tradisional dan modern sebagai bentuk dualistik ekonomi memang dialami oleh Indonesia. Indonesia belum sepenuhnya keluar dari kondisi perekonomian tradisional akan tetapi sektor modern dan tradisional ini dapat ditemukan hampir diseluruh wilayah Indonesia sehingga muncul ketidak samaan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya.
Dalam aspek pembangunan ekonomi Indonesia dibagi atas 3 wilayah, yaitu Sumatera, Jawa-Bali dan Indonesia bagian timur. Perekonomian Jawa-Bali sangat berbeda dengan sumatera sejak tahun 1966 awal pemerintahan Soeharto. Sifat-sifat perkembangan ekonomi dan masyarakat Sumatera berbeda sekali dengan ekonomi dan masyarakat Jawa-Bali. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sejarah dan budaya kedua masyarakat ini. Menurut sejarahnya, Jawa adalah daerah di Indonesia yang paling lama dijajah oleh Belanda hampir 350 tahun, hal ini juga ditunjang bahwa Jawa memilik tanah yang subur sehingga banyaknya terdapat peninggalan-peninggalan sejarah peradaban kerajaan Majapahit dan Mataram.
Dengan kondisi daerah Jawa seperti ini maka slema 21 tahun pembangunan ekonomi Orde Baru (1966-1987) telah mampu membuat masyarakat Jawa-Bali memasukii proses tinggal landas. Hal ini terbukti dengan swasembada beras pada tahun 1984 yang merupakan proses yang cukup lama kurang lebih 14 tahun sejak tahun 1970-1984. Sehingga pada waktu itu keadaan sosial ekonomi penduduk jawa sudah cukup mapan dan dari segi Hankam sudah aman dan tentram karena sudah tidak nampak lagi gejala kemiskinan yang sangat serius dan ketimpangan sosial ekonomi yang menyolok. Begitu juga dengan Bali, kesejahteraan materil masyarakatnya naik sangat cepat mencapai 20% pertahun selama 1980-1987.
Perekonomian Sumatera amat berbeda dengan Jawa-bali. Disemua propinsi kecuali Sumatera Barat selama 21 tahun terakhir telah mengalami perkembangan yang sangat timpang. Disatu pihak sektor-sektor modern maju sangat pesat, sedangkan sektor tradisional berkembang sangat lamban (stagnasi). Pertanain disumatera didominasi oleh tanaman perkebunan (perkebunan rakyat), maka kecenderungan menurunya harga-harga komoditi primer dipasar dunia telah mengakibatkan menurun dan lambannya kesejahteraan petani, akibatnya adalah meningkatnya ketimpangan modern dan tradisional antara kota dan desa.
Sedangkan 3 propinsi sperti DI Aceh, Riau dan Sumatera Selatan menurun sangat drastis. Aceh turun dari urutan 1 menjadi 4, Riau dari 5 ke 8 (menjadi termiskin di sumatera meskipun penghasil minyak bumi yang utama) dan Sumatera Selatan turun dari peringkat 2 ke 6. Pada masa 1980-1987, propinsi yang kaya dengan minyak dan gas yang relatif kaya malah mengalami kemunduran. Mundurnya industri minyak selama periode ini menimbulkan akibat negatif bagi kemakmuran penduduk desa. Sedangkan propinsi penghasil non migas ternyata bisa tumbuh lebih baik. Propinsi Sumatera Utara yang perkebunan besarnya lebih luas dan paling modern justru paling rendah pertumbuhannya.
Kelemahan Ekonomi Dualistik
Akibat yang muncul dari ekonomi dualistik ini adalah pembangunan sektor publik yang tidak seragam, keketidakseimbangan pendapatan rakyat, kesejahteraan masyarakat tidak merata, dan memicu munculnya disintegrasi bangsa
Upaya penangannya
Industri pribumi hampir tidak mempunyai organisasi tanpa modal, tidak berdaya dan tidak mengenal pasar. Mereka tidak percaya pada investasi modal. Rakyat lebih gemar pada kegiatan spekulatif daripada usaha yang memberikan laba secara teratur. Selain itu masayarakat pribumi kurang inisiatif dan jauh dari keterampilan organisasi yang merupakan ciri khusus sektor ekonomi barat. masyarakatnya bersifat fatalitas dan ragu-ragu dalam menggunakan teknologi modern, dan yang paling parah adalah orang enggan meninggalkan desanya.
Maka dari itu bagi usaha yang masih bersifat tradisional, untuk mengembangkan pertanian dengan mengikuti garis barat tidak dapat digunakan karena akan menimbulkan kegagalan dan bahkan kemunduruan. Usaha yang perlu dilakukan adalah melakukan perubahan sikap mental para petani agar dapat memperkenalkan teknik pertanian yang modern sehingga meningkatnya kesejahteraan rakyat. Dalam kehidupan saat ini tidak hanya dualisme dalam bidang ekonomi saja yang berkembang dalam masyarakat. Ada banyak dualisme yang tumbuh di masyarakat. diantaranya yaitu :Dualisme Sosial, Dualisme Finansial, Dualisme Teknologi dan Dualisme Regional
Ekonomi Dualistik ini menimbulkan tanggapan yang berbeda antara kelompok ekonomi yang kuat dan kelompok ekonomi lemah. Oleh karena itu, untuk mengatasi kondisi seperti ini sangat diperlukan peranan pemerintah dan LSM untuk “mengendalikan” yang kuat dan “mendorong” yang lemah. Dengan strategi pembangunan seperti ini diharapkan akan muncul pemerataan menuju pada suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Bagaimana Idealnya Perekonomian di Indonesia??
Pembangunan negara sedang berkembang seperti Indonesia untuk dapat memasuki tahap tinggal landas hasus mampu mencapai kondisi yang seimbang, karena hanya kondisi yang seimbanglah dapat menjamin partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Sedangkan untuk gololong ekonomi lemah hendaknya dapat meningkatkan kualitas melalui mutu pendidikan dan kesehatan agar mereka dapat bersaing dengan perekonomian modern
Tidak ada komentar:
Posting Komentar