Senin, 22 Februari 2010

kekuasaan, kewenangan, otoritas & startifikasi sosial

Kekuasaan, wewenang, otoritas & stratifikasi social

Oleh : Wenny liztia

Topik : Max Weber

A. Perbedaan antara kekuasaan (power) dan wewenang (herrschaft : leadership, political authority and domination)

B. Apa saja tipe wewenang? Jelaskan dengan contoh sendiri!

C. Apa hubungan antara tipe otoritas dengan tipe tindakan sosial?

D. Apa saja yang menjadi landasan stratifikasi sosial dalam masyarakat? Bagaimana hubungan antara berbagai landasan / sumber stratifikasi?

A. Perbedaan antara kekuasaan (power) dan wewenang (herrschaft : leadership, political authority and domination)

Menurut Weber, kekuasaan adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak seseorang meskipun mendapat tantangan dari orang lain. Orang akan selalu berjuang untuk memperoleh kekuasaan atau kekuasaan itu sendiri yang dijadikan alat untuk meningkatkan posisi ekonomi atau statusnya.

Partai politik merupakan tipe organisasi dimana perjuangan untuk memperoleh atau menggunakan kekuasaan dinyatakan paling jelas di tingkat organisasi rasional. Tetapi semua organisasi memiliki segi politisnya, berbagai kelompok yang menjadi komponennya bersaing atau berembuk satu sama lain untuk memperoleh kemampuan mengontrol organisasi dan menentukan tujuan serta prosedurnya.

Kekuasaan juga bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mengatasi perlawanan dari orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan seseorang, khususnya dalam mempengaruhi prilaku mereka. Disini terihat adanya perbedaan antara kekuasaan dengan otoritas, contohnya yaitu pada perampokan bank. Perampok bank yang bersenjata mungkin menggunakan kekuasaan terhadap pegawai bank, akan tetapi ia tidak memiliki otoritas apapun. Sebaliknya, para pemimpin perserikatan sukarela yang dipilih oleh para anggotannya dapat berpengaruh karena mereka percaya bahwa pemimpin itu mempunyai hak untuk mempengaruhi.

Orang yang berusaha menggunakan kekuasaan secara terus menerus biasanya berusaha untuk menanamkan suatu kepercayaan akan haknya untuk berbuat. Artinya mereka berusaha untuk menegakkan legitimasi kekuasaan mereka. Akan tetapi, dinamika perjuangan untuk memperoleh kekuasaan saja berbeda dari dinamika penggunaan otoritas yang sudah mapan, meskipun orang-orang dengan otoritasnya bisa memiliki kekuasaan yang besar sebagai akibatnya.

Dalam organisasi birokrasi mdern, kekuasaan dan otoritas yang dilaksanakan oleh pegawai-pegawai yang diberi gaji mungkin merupakan satu dimensi yang lebih penting dalam kedudukan mereka keseluruhan sistem stratifikasi masyarakat, daripada kelas ekonomi atau keanggotaan kelompok statusnya.

B. Apa saja tipe wewenang? Jelaskan dengan contoh sendiri!

Saya melihat wewenang memiliki arti yang sama dengan otoritas. Yaitu adanya kemungkinan dimana seseorang akan ditaati atas dasar suatu kepercayaan dan adanya legitimasi haknya untuk mempengaruhi orang lain.

Tipe-tipe :

(1) Tradisional

Tipe ini berlandaskan pada suatu kepercayaan yang mapan terhadap kekudusan tradisi-tradisi zaman dulu serta legitimasi status mereka yang menggunakan otoritas yang dimilikinya. Jadi alasan penting seseorang taat pada struktur otoritas itu adalah karena kepercayaan mereka bahwa hal itu sudah selalu ada. Mereka yang menggunkan otoritas termasuk dalam satu kelompok satus yang secara trdisional menggunakan otoritas atau mereka dipilih sesuai dengan peraturan-peraturan yang dihormati sepanjang waktu.

Hubungan antara tokoh yang memiliki otoritas dan bawahannya pada dasarnya merupakan hubungan pribadi. Kunci untuk melihat otoritas tradisional ini yaitu melihatnya sebagai suatu perpanjangan dari hubungan keluarga. Mereka yang patuh memiliki rasa setia pribadi kepada pemimpinnya yang sebaliknya mempunyai kewajiban tertentu untuk memperhatikan mereka.

(2) Karismatik

Yaitu didasarkan pada mutu luar biasa yang dimiliki pemimpin itu sebagai seorang pribadi. Otoritas seperti ini lain daripada bentuk yang biasanya. Dalam pandangan Weber, hal ini meliputi karakteristik-karakteristik pribadi yang memberikan inspirasi pada mereka yang akan menjadi pengikutnya. Hal ini digambarkannya pada pemimpin-pemimpin agama yang karismatik dimana dasar kepemimpinan mereka adalah kepercayaan bahwa mereka memiliki suatu hubungan khusus dengan yang Ilahi.

(3) Legal rasional

Yaitu komitmen terhadap seperangkat peraturan yang diundangkan secara resmi dan diatur secara impersonal. Tipe ini sangat erat kaitannya dengan rasionalitas instrumental. Orang yang sedang melaksanakan otoritas legal rasional adalah karena dia memiliki suatu posisi sosial yang menurut peraturan yang sah didefenisikan sebagai memiliki posisi otoritas. Bawahan tunduk pada otoritas karena posisi sosial yang mereka miliki itu didefenisikan menurut peraturan sebagai yang harus tunduk dalam bidang-bidang tertentu. Dengan kata lain, peraturan berhubungan dengan posisi serupa itu, bukan dengan orang yang kebetulan menduduki posisi itu.

(4) Campuran

Ketiga pola otoritas diatas adalah tipe-tipe yang idealnya. Akan tetapi kita tidak akan dapat menemukan salah satu diantaranya akan Nampak dalam bentuknya yang murni secara empirik. Sebaliknya dalam banyak hal hubungan otoritas dalam kehidupan yang ril cenderung mencerminkan tingkat-tingkat yang berbeda dari ketiga tipe itu.

C. Apa hubungan antara tipe otoritas dengan tipe tindakan sosial?

Otoritas adalah kemungkinan dimana seseorang akan ditaati atas dasar suatu kepercayaan akan legitimasi haknya untuk mempengaruhi. Hubungan antara tipe otoritas dengan tipe tidakan sosial adalah, tindakan-tindakan sosial individu (dengan makna-maknanya yang berkaitan ) membentuk bangunan dasar untuk strukur-struktur sosial yang lebih besar. Dalam the theory of social and economic organization, Weber meletakan dasar ini dengan mengembangkan distingsi tipologis yang bergerak dari tingkatan hubungan sosial ke tingatan keteraturan ekonomi dan sosial politik. Konsep leitimasi ketaraturan sosial mendasari analisisnya mengenai institusi ekonomi, politik, dan agama serta interpretasinya mengenai perubahan sosial.

Adapun yang mendasari individu menerima peraturan dan norma-norma dalam suatu keteraturan sosial adalah :

(1) Karena tradisi

Suatu kepercayaan akan legitimasi mengenai apa yang sudah selalu ada.

(2) Berdasarkan sikap-sikap efektual

Terutama emosi yang melegitimasi validitas mengenai apa yang baru diungkapkan atau suatu model untuk ditiru.

(3) Berdasarkan kepercayaan rasional

Yaitu kepercayaan akan komitmen absolut dan terakhir

(4) Karena dibentuk dalam suatu cara yang diakui sebagai yang sah.

D. Apa saja yang menjadi landasan stratifikasi sosial dalam masyarakat? Bagaimana hubungan antara berbagai landasan / sumber stratifikasi?

Stratifikasi sosial dalam konsep Weber juga diistilahkan dengan “kelas”. Kelas menurut weber adalah golongan orang-orang dalam kontinum status dan situasi yang sama, yaitu kesempatan untuk memperoleh barang dan untuk dapat menentukan sendiri keadaan kehidupan ekstern dan nasib sendiri. kelas-kelas sosial menurutnya mencakup semua situasi kelas dimana baik mobilitas pribadi maupun mobilitas antargenerasi dimungkinkan dalam antar kelas itu dan memang bisa saja terjadi.

Landasan startifikasi sosial menurut Weber merujuk pada pentingnya stratifikasi ekonomi sebagai dasar yang fundamental untuk kelas sosial. Kelas sosial adalah semua orang yang memiliki kesempatan hidup yang sama dalam bidang ekonomi.

Ada 3 hal yang ditekankan oleh Weber atas sebuah kelas sosial, yaitu :

(1) Adanya sejumlah orang yang sama-sama memiliki suatu komponen tertentu yang merupakan sumber dalam kesempatan-kesempatan hidup mereka

(2) Komponen ini secara ekslusif tercermin dalam kepentingan ekonomi berupa pemilikan benda-benda dan kesempatan-kesempatan untuk memperoleh pendapatan.

(3) Hal-hal seperti itu terlihat dalam kondisi-kondisi komoditi atau pasar tenaga kerja.

Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa kelas-kelas sosial berlandaskan pada dasar stratifikasi yang bersifat impersonal dan objektif. Para anggota dari kelas yang sama akan menjadi sadar akan kepentingan mereka bersama dalam bidang ekonomi, dan terlibat dalam tindakan ekonomi atau politik yang terorganisasi untuk memperjuangkan kelas yang dianggap lemah (senada dengan pendapat Marx yaitu untuk memperjuangkan kesadaran kelas). Apakah kesadaran subjektif mengenai kepentingan kelas atau kesadaran kelas ada atau tidak ada, posisi kelas ditentukan oleh kriteria objektif yang berhubungan dengan kesempatan-kesempatan hidup dalam dunia ekonomi.

Dalam kelas-kelas sosial, orang juga digolongkan dalam lapisan-lapisan berdasarkan kehormatan atau prestise atau gaya hidup. Hasilnya adalah pengaturan orang dalam kelompok-kelompok status. Weber tidak sependapat dengan Marx dengan mengemukakan bahwa stratifikasi menurut status secara analistis berbeda dari stratifikasi menurut ekonomi. Meskipun posisi kelas ekonomi dan kedudukan status saling berhubungan erat. Hirarki status mencerminkan dinamikannya tersendiri, dan orang yang secara ekonomis dominan mungkin dengan sengaja berusaha dengan berbagai cara yang berbeda untuk meningkatkan prestisenya.

Berbeda dengan kelas ekonomi, kelompok-kelompok status berlandaskan pada ikatan subjektif antara para anggotannya, yang terikat menjadi satu karena gaya hidup yang sama, nilai serta kebiasaan yang sama, dan sering pula oleh perkawinan didalam kelompok itu sendiri, serta oleh perasaan-perasaan akan jarak sosial dari kelompok-kelompok status lainnya. Mereka saling mengenal dan saling menyebut masing-masingnnya sebagai sebagai “orang kita” dan berjuang untuk mempertahankan perasaan superioritas terhadap mereka yang tidak termasuk dalam lingkaran sosialnya.

Pembedaan atara kelas ekonomi dan kelompok status dilihatkan secara kontras antara kekayaan “baru” yang dimiliki oleh seorang pengusaha yang berhasil, dan kekayaan “lama” yang dimiliki oleh keluarga-keluarga yang sudah lama mapan dan berprestise tinggi. Uang saja tidak akan cukup diterima dikalangan kelompok status yang berprestise tinggi. Latar belakang keluarga dan sejarah juga penting. Oleh karena itu struktur prestise, tidak semata-mata terletak pada posisi kelas ekonomi saja.

Hal ini juga berlaku untuk orang yang berada pada lapisan prestise yang paling bawah. Mereka merasa terikat karena adanya perasaan bersama bahwa mereka dikucilkan dan dianggap rendah, dank arena adanya keharusan untuk melaksanakan peran yang memperlihatkan kepatuhan kepada atasannya. Dengan kata lain, mereka mengatahui tempatnya meskipun mereka mungkin berusaha mengubahnya. Bisa jadi mereka mengembangkan sistem kedudukannya sendiri dimana mereka memandang dirinya lebih pantas daripada mereka yang berkedudukan lebih tinggi.

Selain posisi ekonomis dan kehormatan kelompok status, dasar lain untuk stratifikasi sosial adalah kekuasaan politik. Dimensi ini tumpang tindih dengan salah satu atau keduanya dalam banyak situasi, namun secara analistis berbeda dan berdiri sendiri.

Pendekatan multidimensional terhadap stratifikasi sosial sudah sangat kuatnya dalam tradisi sosiologi sehingga menghasilkan suatu perspektif baru yang mencakupi masalah inkonsistensi status. Konsistensi status menunjuk pada tingkat dimana berbagai dimensi posisi seseorang dalam sistem stratifikasi sejajar dengan yang lainnya. Beberapa penelitian yang menggunakan konsep ini mengemukakan bahwa tingkat dan tipe inkonsistensi berkaitan dengan ideologi politik. Implikasinya adalah bahwa selain keseluruhan posisi seseorang dalam sistem stratifikasi itu penting, tingkat dimana posisi-posisi didalam beberapa sistem stratifikasi yang berbeda itu sistem konsistensi satu sama lain juga penting.

1 komentar: